Thursday, May 29, 2008

Tari Hip-Hop Etha-Dam

Etha-Dam adalah sebuah grup tari beranggotakan penari-penari berpengalaman yang memiliki keinginan sama. Berpikiran terbuka dan satu jiwa. Dipersatukan oleh koreografer Ibrahima Sissoko, mereka memulai karir dengan mengikuti berbagai kompetisi tari hip-hop amatir di Seine Saint-Denis.

Bagaikan kembang api sungguhan, pertunjukan ini memadukan semua berpengaruh bagi perkembangan, mulai dari hip-hop sampai capoeira, dengan mengambil gagasan dari keanekaragaman yang menyatukan seluruh anggota grup ini.

Untuk kunjungan pertamanya ke Indonesia, mereka akan menampilkan pertunjukan terbaru berjudul Aduna, Negeri Petualangan. Pertunjukan ini akan digelar pada 2 Juni di Galeri Balai Pemuda Surabaya mulai pukul 19.00. Dan kedutaan besar Prancis CCCL yang nantinya akan menjadi penyelenggara acara ini. (Ridlo'i)

Saturday, May 24, 2008

Tarian Dewa Istana di Tengah Jerit Jelata


Harga minyak internasional terus meroket ke kisaran USD 117,20 per barel kemarin. Rekor baru itu semakin menekan keuangan negara karena harus menanggung subsidi BBM yang semakin membengkak di APBN.

Imbasnya, mulai pukul 00.00 dini hari, (24/05), pemerintah telah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Dalam harga baru itu, bensin premium naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter. Solar yang semula Rp 4.300 menjadi Rp 5.500 per liter. Sedangkan minyak tanah juga naik dari Rp 2.000 menjadi Rp 2.500 per liter. Kenaikan rata-rata 28,7 persen itu diumumkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro di Kantor Menko Perekonomian pukul 21.30 malam, (23/05).

Kenaikan tarif BBM kali ini adalah yang ketiga kalinya dilakukan oleh pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pertama pada 1 Maret 2005, yang naik rata-rata 30 persen. Kedua pada 1 Oktober 2005, yang naik di atas 100 persen.

Upaya ini dilakukan setelah harga minyak dunia terus melejit. Harga terakhir mencapai USD 132 per barel. Karena posisi Indonesia net impor, subsidi BBM pun ikut membengkak. Saat ini subsidi BBM di APBNP sebesar Rp 126,8 triliun, dengan bantalan Rp 8,2 triliun. Bila tak ada kenaikan, subsidi BBM akan membengkak menembus Rp 190 triliun.

Tak Kunjung Jelas, apapun maksud dan upaya kebijaksanaan yang dilakukan pemerintah kita saat ini. Pastinya dalam kondisi yang dihadapkan pada kita sebagai warga negara, adalah sebuah kebijakan yang sangat membikin kuasa diri kian menjerit-jerit.

Entah kapan teriak lantang kita terdengar syahdu di telingan para dewa-dewa istana negara, yang kini tengah menari-nari di atas derita kaum jelata. "Jangankan untuk membeli BBM yang telah naik, untuk belanja kebutuhan sehari-hari saja terasa kian mencekik," tutur seorang ibu rumah tangga.

Bahkan di mana-mana telah terjadi gelombang aksi demonstrasi besar-besaran menuntut pencabutan kembali kebijakan ini. Semua seakan merasakan hal yang sama, bahwa kini berada di negeri yang kunjung jluntrungannya, khususnya berpikir tentang nasib rakyat kecil. (m.ridlo'i)

Promosi Wisata Jatim di Majapahit Travel Fair 2008

Majapahit Travel Fair (MTF) kembali digelar untuk yang kelima kalinya. Perheletan akbar momen pariwisata kali ini digelar di Convention Hall Gramedia Expo Surabaya, pada 21-25 Mei 2008.

Di dalam rangkaian acara yang bertema Experiencing Festive Celebrations of The Year ini diadakan beberapa agenda penting. Antara lain Travel Excahange atau forum pertemuan bisnis antara buyer dan seller, pameran pariwisata, seni dan budaya, fam trip ke Taman Safari Pasuruan, serta ke obyek wisata di Malang dan Batu, workshop dan seminar untuk para exhibitor, seller, lembaga pendidikan pariwisata, pengelola ODTW, cagar budaya dan beberapa sanggar tari.

Dalam sambutan Harun, yang juga selaku pelaksana MTF 2008 mengatakan, pelaksanaan Majapahit Travel Fair kali ini bersamaan dengan sebuah agenda besar, yaitu Visit Indonesia Year 2008, sehingga Jawa Timur bertekad memberikan yang terbaik bagi Negara dalam hal kepariwisataan.

“Di Jawa Timur sendiri banyak beberapa sentra wisata yang harus dapat ditonjolkan, sehingga nantinya para wisatawan tidak enggan berkunjung ke propinsi kita,” papar kepala dinas pariwisata Jawa Timur itu dihadapan ratusan undangan.

Sedangkan Imam Utomo, dalam sambutannya mengatakan, dirinya mengaku bangga dengan perkembangan destinasi wisata di Jawa Timur. “Mari kita lihat saja dari prosentase kunjungan wisatawan yang datang ke Jatim yang makin meningkat, hal ini menunjukan pengembangan sektor pariwisata kita telah berupaya maksimal,” jelasnya.

Seperti diketahui dari agenda kepariwisataan di Jatim di tahun ini, mempunyai banyak hajatan wisata besar yang memiliki nilai jual. Sebut saja Yadna Kasodo, Paralayang Batu, Karapan Sapi Pamekasan Madura, dan masih banyak lagi agenda lainnya yang menarik diikuti.

Pada MTF 2008 ini juga dimeriahkan dengan partisipasi dari beberapa stakeholder pariwisata, stan dari dinas pariwisata, seni dan budaya kabupaten kota se-Jatim dan dari propinsi lain, seperti DKI Jakarta, Nangroe Aceh Darussalam, Kalimantan Timur, Bali, dan lainnya. Juga dari Haryono Tours and Travel, ASITA, PHRI, dan lainnya. (naskah/foto:m.ridlo’i)

Friday, May 9, 2008

Tuesday, May 6, 2008

Pribumi Dipekerjakan Sebagai Jongos


Bicara keindahan artistik bangunan Balai Pemuda, seakan tak terpisahkan dari sebuah histori yang terkandung di dalamnya.

Mulai dari dijadikannya sebagai tempat pesta, tempat billyard dan perjamuan makan malam orang eropa, khususnya Belanda. Hingga adanya sejarah yang mencatat kalau di gedung yang berdiri pada tahun 1907 itulah orang pribumi dilarang masuk.


Verboden voor Inlander! Itulah sebuah tulisan yang dulu terdapat di Balai Pemuda. Tulisan yang berarti Pribumi Dilarang Masuk! Itu ada pada dua buah papan pengumuman berwarna dasar hitam dengan tulisan bercat putih. ”Yang satu menghadap ke Simpangschestraat dan yang sebuah lagi ke Dijkermanstraat,” begitulah tulis Dukut Imam Widodo dalam buku Soerabaia Tempo Doeloe.

Konon, jika ada anak negeri Indonesia (Pribumi) di sana, lantaran pekerjaannya sebagai jongos. Dalam catatan Dukut semua jongos di Simpangsche Societeit adalah orang pribumi yang sudah diajar adat dan sangat tahu tata krama, tapi kurang makan. Karena itu tidaklah aneh jika tubuh mereka kurus-kurus.

Di dalam bertugas mereka mengenakan pakaian model jas bertutup berwarna putih, dan celananya pun putih. Antara baju dan celana dililitkan kain panjang jarit yang diwiron. Para jongos itu semua mengenakan ikat kepala udheng yang warnanya senada dengan kain jaritnya. Mereka semuanya bertelanjang kaki. Tugas mereka terutama adalah sebagai pelayan yang menyajikan makanan serta minuman untuk para tamu, serta menjaga kebersihan gedung itu.

Terlepas dari sejarah jongos-jongos yang tak terpisahkan dari balai pemuda. Sedikit banyak apa yang dulu sempat tertera pada papan tulisan di halaman gedung Balai Pemuda, tentang larangan pribumi masuk ke kawasan seluas 17 ribu meter persegi itu membuat warga kota Surabaya geram. Terlebih larangan itu ada pada gedung monumental Balai Pemuda. ***** (M.Ridlo’i)

ENTAH SAMPAI KAPAN SEPERTI INI

PROBLEMATIKA INSANI

Melawan Kawan?


Entah mengapa karena saking asiknya kita bermain dengan segala hal yang dihadapan kita, secara tanpa sengaja timbul rasa kuasa.

Kuasa segala hal demi sebuah reputasi, yang berujung pada kekuasaan. Tidak munafik memang dengan segala kekuasaan, kaki mudah berinjak di mana-mana, mata mudah pelototi segala yang negatif menjadi positif, dan tangan menjulur menggapai apapun yang penting baik demi diri sendiri.

Hingga suatu ketika ada dua orang yang runtang-runtung kesana kemari, bahkan makan siang di saat jeda jam kantor pun mereka selalu bersama. Ruslan dan Herman, namanya. Mereka adalah dua pekerja di salah satu kantor media di Surabaya.

Jam dinding kantor menunjukkan pukul 12.00, saatnya para pegawai istirahat siang. “Yuk, enaknya kita langsung sarapan siang di tempat biasa,” ajak Ruslan pada Herman.

“Oke…Setuju, kebetulan perutku lapar sekali, dan aku ingin curhat padamu,” tukas Herman sembari memegang pundak Ruslan.

Makanan telah mereka pesan, Herman mulai membuka curhatannya, “Tahu nggak kalau pimpinan kita akan mengajak kita untuk garap sebuah media perusahaan terkenal?”

“Tahu,” jawab Ruslan.

Namun setelah itu dibatin Ruslan berkata, “padahal saya ingin mengambil inisiatif itu pada bos, agar dia mau saya saja yang dipercaya menggarapnya”.

Esoknya, Ruslan berangkat ke kantor lebih awal. “Kenapa kok nampaknya buru-buru ke kantornya?” tanya isteri Ruslan.

“Ya, pagi ini saya akan menghadap bos,” jawabnya sembari membelai rambut isteri kesayangannya.

Sesampai di kantor, Ruslan langsung menanyakan tentang proyek penggarapan media perusahaan pada bosnya. “Bagaimana pak peluang penggarapan proyek itu?” tanyanya.

“Keberhasilan peluangnya sangat besar, mungkin kamu yang akan saya beri tanggung jawab ini!” ucap bos pada Ruslan.

“Siap bos, yang penting anda percaya dengan kinerja saya pribadi, saya siap,” imbuh Ruslan.

“Apakah kamu tak perlu mengajak Herman, kawanmu itu,” kata bos.

“Tak perlu pak, Herman dalam hal ini bukan bidangnya, dan saya khawatir bila proyek ini sia-sia,” yakin Ruslan pada bosnya.

“Okelah, intinya kamu atur saja enaknya, dan jangan lupa hitung prosentase laba bagi perusahaan dan kamu yang bekerja,” saran bos pada Ruslan.

“Inilah kesempatan saya untuk meraup rupiah yang cukup lumayan,” gumamnya.

Keluar dari ruang pimpinan, Ruslan langsung disapa Herman. “Ada apa pagi-pagi sudah menghadap?” sapanya.

“Dipanggil bos diberi proyek untuk perusahaan,” jawabnya sambil mengalihkan langkah.

“Sialan proyek itu sudah direbutnya,” gerutu Herman.

Semenjak itulah, Herman mulai menjaga jarak dengan Ruslan, karena mengetahui niat busuk kawan dekat di kantornya selama ini, begitu pula sebaliknya.

Lagi-lagi polemik Ruslan dan Herman adalah contoh kecil yang bisa menjadi malapetaka hancurnya perkawanan. Semua jelas karena kuasa pada duit. Kawan pun menjadi lawan, dan itu terjadi di mana saja. xxxxx(m.ridlo’i)