Tuesday, May 6, 2008

Pribumi Dipekerjakan Sebagai Jongos


Bicara keindahan artistik bangunan Balai Pemuda, seakan tak terpisahkan dari sebuah histori yang terkandung di dalamnya.

Mulai dari dijadikannya sebagai tempat pesta, tempat billyard dan perjamuan makan malam orang eropa, khususnya Belanda. Hingga adanya sejarah yang mencatat kalau di gedung yang berdiri pada tahun 1907 itulah orang pribumi dilarang masuk.


Verboden voor Inlander! Itulah sebuah tulisan yang dulu terdapat di Balai Pemuda. Tulisan yang berarti Pribumi Dilarang Masuk! Itu ada pada dua buah papan pengumuman berwarna dasar hitam dengan tulisan bercat putih. ”Yang satu menghadap ke Simpangschestraat dan yang sebuah lagi ke Dijkermanstraat,” begitulah tulis Dukut Imam Widodo dalam buku Soerabaia Tempo Doeloe.

Konon, jika ada anak negeri Indonesia (Pribumi) di sana, lantaran pekerjaannya sebagai jongos. Dalam catatan Dukut semua jongos di Simpangsche Societeit adalah orang pribumi yang sudah diajar adat dan sangat tahu tata krama, tapi kurang makan. Karena itu tidaklah aneh jika tubuh mereka kurus-kurus.

Di dalam bertugas mereka mengenakan pakaian model jas bertutup berwarna putih, dan celananya pun putih. Antara baju dan celana dililitkan kain panjang jarit yang diwiron. Para jongos itu semua mengenakan ikat kepala udheng yang warnanya senada dengan kain jaritnya. Mereka semuanya bertelanjang kaki. Tugas mereka terutama adalah sebagai pelayan yang menyajikan makanan serta minuman untuk para tamu, serta menjaga kebersihan gedung itu.

Terlepas dari sejarah jongos-jongos yang tak terpisahkan dari balai pemuda. Sedikit banyak apa yang dulu sempat tertera pada papan tulisan di halaman gedung Balai Pemuda, tentang larangan pribumi masuk ke kawasan seluas 17 ribu meter persegi itu membuat warga kota Surabaya geram. Terlebih larangan itu ada pada gedung monumental Balai Pemuda. ***** (M.Ridlo’i)

No comments: