Monday, June 9, 2008

FPI dan Embrio Komunisme

Gong mengisi hari lahirnya pancasila, tercoreng sudah dengan adanya aksi anarki yang dilakukan oleh sekelompok masa yang menamakan aksi dari Front Pembela Islam (FPI).

Mereka yang identik dengan pasukan berjubah putih dengan atribut kental keislamian ala Nabi Muhammad SAW, seakan begitu ringan menanggalkan azas Islam adalah agama Rohmatallil Alamin (Rahmat seluruh isi bumi).

Bagai binatang buas yang belum menerkam mangsanya. FPI mendadak membabi buta dan memukuli para pelaku aksi damai mengisi hari lahirnya pancasila di Monas Jakarta pada 1 Juni lalu.

Kaum wanita, laki-laki, dan anak-anak kecil tak kenal dosa mereka libas bak santapan lezat di tengah mentari yang menyengat. Semuanya telah menjadi korban, yang akhirnya terkulai lemah di rumah sakit dengan menanggung beban berat. Padahal dari mereka, yang menamakan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), beraksi demi terwujudnya persatuan dan kesatuan Negara Indonesia.

Jelas, aksi dari FPI sangat bertentangan dengan watak dan ideologi bangsa kita yang berazaskan pada pancasila, yang di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur persatuan dan kesatuan. Baik suku, agama, ras, dan antar golongan. Yang identik dengan simbol bhineka tunggal ika, berarti meski berbeda-beda tetap satu juga.

Bhineka tunggal ika seperti yang terkandung dalam kakawin sutasoma. Adalah sebuah kakawin dalam bahasa jawa kuna. Kakawin ini termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika (Bab 139.5).

Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini. Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya. Amanat yang termaktub di dalam kitab ini mengajarkan sikap toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan Buddha. Kakawin ini digubah oleh Mpu Tantular pada abad ke-14.

Gerakan Terlarang

Melihat adanya aksi kekerasan ini membawa pada imaji kita untuk kembali melangkah mundur pada fase-fase komunisme, yang dulu pernah menyebar luas di tanah air tercinta.

Saat itu komunisme dengan ajaran yang anti nasionalisme lahir. Persatuan dan kesatuan bahkan tercampakkan. Pancasila akan digulingkan. Kekerasan dan kebiadaban dari sekelompok masa merajalela dimana-mana.

Setelah tak berselang beberapa lama ajaran komunisme dibubarkan dari hadapan kita. Perasaan aman pun kian terasa. Sayangnya beberapa waktu terakhir ini kondisi keamanan dan kenyamanan kita kembali terusik, oleh aksi dari sekelompok yang tak bertanggung jawab. Kendati terkadang mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan lafal takbir Allahu Akbar. Namun, sayangnya lafal ini semestinya berarti Allah Maha Besar, dengan maksud membesar dan mengagungkan Allah, malah sebaliknya. Mereka berlagak sosok dirinya yang paling besar dan agung. Sungguh semoga peringatan dari Allah segera terwujud bagi mereka yang masih merasa seperti ini, dan semoga pula terbuka pintu hidayat oleh-Nya.

Bahkan juga, sangat begitu sayang bagi mereka yang kerap mengusik keasikan burung garuda yang tetap kokoh dengan semboyan bhineka tunggal ika. Mungkin kita yang mengaku sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan benar sudah saatnya muncul. Merekalah yang tak menginginkan keutuhan perbedaan adalah bagian dari embrio ajaran komunisme. ***(m.ridlo’i)

Tekstur Lembut Sate Kelinci Magetan

Mungkin di mana-mana mudah sekali menjumpai sate kelinci. Tapi, terasa beda bila kita memakannya sambil melihat eksotika Telaga Sarangan.

Kelinci, binatang peliharaan lucu ini juga dapat dijadikan menu pengusir lapar kita. Tekstur dagingnya yang lembut dan berwarna putih, serasa nikmat bila dijadikan sate. Rasa daging kelinci mirip dengan ayam.

Kelembutan daging sate kelinci, sangat terasa bila kita mulai di gigitan pertama. Dagingnya yang berwarna putih berubah menjadi warna kecoklatan setelah dibalut dengan bumbu sate seperti biasanya. Disitulah citarasa kelembutan muncul ditambah dengan sedapnya bumbu khas sate kelinci, berupa kacang olahan yang disajikan dengan irisan bawang dan cabai.

Penjual sate kelinci mudah sekali dijumpai di tepian Telaga Sarangan Magetan. Di obyek wisata berhawa dingin itu, menu kuliner yang satu ini dapat dijadikan alternatif pilihan di antara banyaknya menu makanan yang tersaji di sana.

Bahkan, para wisatawan dapat menikmati sate kelinci dengan duduk lesehan beralaskan tikar sambil memandangi keindahan telaga tersebut. Sedangkan, untuk sajian menu minuman yang sangat cocok adalah ronde. Minuman yang kuahnya menggunakan jahe bikin tubuh kita terasa hangat.


Penuh Khasiat

Dibalik kelezatan kelembutan tekstur daging yang ada pada sate kelinci, ternyata tersimpan banyak khasiat bagi tubuh manusia.

Mengenai khasiat sate kelinci, Joni, salah seorang penjual sate kelinci di Telaga Sarangan mengatakan, dapat menjadikan tubuh terasa hangat, dan kolestrol yang terkandung pada daging kelinci sangat rendah. “Selain itu sate kelinci dipercaya mampu meningkatkan stamina tubuh,” tambah wanita asal Ngancar, Sarangan itu. (naskah:m.ridlo’i/foto:wt atmojo)