Gong mengisi hari lahirnya pancasila, tercoreng sudah dengan adanya aksi anarki yang dilakukan oleh sekelompok masa yang menamakan aksi dari Front Pembela Islam (FPI).
Mereka yang identik dengan pasukan berjubah putih dengan atribut kental keislamian ala Nabi Muhammad SAW, seakan begitu ringan menanggalkan azas Islam adalah agama Rohmatallil Alamin (Rahmat seluruh isi bumi).
Bagai binatang buas yang belum menerkam mangsanya. FPI mendadak membabi buta dan memukuli para pelaku aksi damai mengisi hari lahirnya pancasila di Monas Jakarta pada 1 Juni lalu.
Kaum wanita, laki-laki, dan anak-anak kecil tak kenal dosa mereka libas bak santapan lezat di tengah mentari yang menyengat. Semuanya telah menjadi korban, yang akhirnya terkulai lemah di rumah sakit dengan menanggung beban berat. Padahal dari mereka, yang menamakan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), beraksi demi terwujudnya persatuan dan kesatuan Negara
Jelas, aksi dari FPI sangat bertentangan dengan watak dan ideologi bangsa kita yang berazaskan pada pancasila, yang di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur persatuan dan kesatuan. Baik suku, agama, ras, dan antar golongan. Yang identik dengan simbol bhineka tunggal ika, berarti meski berbeda-beda tetap satu juga.
Bhineka tunggal ika seperti yang terkandung dalam kakawin sutasoma. Adalah sebuah kakawin dalam bahasa jawa kuna. Kakawin ini termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika (Bab 139.5).
Motto atau semboyan
Gerakan Terlarang
Melihat adanya aksi kekerasan ini membawa pada imaji kita untuk kembali melangkah mundur pada fase-fase komunisme, yang dulu pernah menyebar luas di tanah air tercinta.
Saat itu komunisme dengan ajaran yang anti nasionalisme lahir. Persatuan dan kesatuan bahkan tercampakkan. Pancasila akan digulingkan. Kekerasan dan kebiadaban dari sekelompok masa merajalela dimana-mana.
Setelah tak berselang beberapa lama ajaran komunisme dibubarkan dari hadapan kita. Perasaan aman pun kian terasa. Sayangnya beberapa waktu terakhir ini kondisi keamanan dan kenyamanan kita kembali terusik, oleh aksi dari sekelompok yang tak bertanggung jawab. Kendati terkadang mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan lafal takbir Allahu Akbar. Namun, sayangnya lafal ini semestinya berarti Allah Maha Besar, dengan maksud membesar dan mengagungkan Allah, malah sebaliknya. Mereka berlagak sosok dirinya yang paling besar dan agung. Sungguh semoga peringatan dari Allah segera terwujud bagi mereka yang masih merasa seperti ini, dan semoga pula terbuka pintu hidayat oleh-Nya.
Bahkan juga, sangat begitu sayang bagi mereka yang kerap mengusik keasikan burung garuda yang tetap kokoh dengan semboyan bhineka tunggal ika. Mungkin kita yang mengaku sebagai warga Negara
No comments:
Post a Comment