Saturday, May 24, 2008

Tarian Dewa Istana di Tengah Jerit Jelata


Harga minyak internasional terus meroket ke kisaran USD 117,20 per barel kemarin. Rekor baru itu semakin menekan keuangan negara karena harus menanggung subsidi BBM yang semakin membengkak di APBN.

Imbasnya, mulai pukul 00.00 dini hari, (24/05), pemerintah telah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Dalam harga baru itu, bensin premium naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter. Solar yang semula Rp 4.300 menjadi Rp 5.500 per liter. Sedangkan minyak tanah juga naik dari Rp 2.000 menjadi Rp 2.500 per liter. Kenaikan rata-rata 28,7 persen itu diumumkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro di Kantor Menko Perekonomian pukul 21.30 malam, (23/05).

Kenaikan tarif BBM kali ini adalah yang ketiga kalinya dilakukan oleh pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pertama pada 1 Maret 2005, yang naik rata-rata 30 persen. Kedua pada 1 Oktober 2005, yang naik di atas 100 persen.

Upaya ini dilakukan setelah harga minyak dunia terus melejit. Harga terakhir mencapai USD 132 per barel. Karena posisi Indonesia net impor, subsidi BBM pun ikut membengkak. Saat ini subsidi BBM di APBNP sebesar Rp 126,8 triliun, dengan bantalan Rp 8,2 triliun. Bila tak ada kenaikan, subsidi BBM akan membengkak menembus Rp 190 triliun.

Tak Kunjung Jelas, apapun maksud dan upaya kebijaksanaan yang dilakukan pemerintah kita saat ini. Pastinya dalam kondisi yang dihadapkan pada kita sebagai warga negara, adalah sebuah kebijakan yang sangat membikin kuasa diri kian menjerit-jerit.

Entah kapan teriak lantang kita terdengar syahdu di telingan para dewa-dewa istana negara, yang kini tengah menari-nari di atas derita kaum jelata. "Jangankan untuk membeli BBM yang telah naik, untuk belanja kebutuhan sehari-hari saja terasa kian mencekik," tutur seorang ibu rumah tangga.

Bahkan di mana-mana telah terjadi gelombang aksi demonstrasi besar-besaran menuntut pencabutan kembali kebijakan ini. Semua seakan merasakan hal yang sama, bahwa kini berada di negeri yang kunjung jluntrungannya, khususnya berpikir tentang nasib rakyat kecil. (m.ridlo'i)

No comments: